mesin pencari

Custom Search

klik sini

Thursday, October 2, 2014

Pidato tentang Banjir Malnutrisi dan Morbilitas



Assalamu’alaikum Wr. Wb
Yang terhormat Bapak Kepala sekoah, Bapak dan Ibu guru serta teman-teman di SMK Muhammadiyah Majenang yang saya cintai. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang masih memberikan kita kesempatan untuk berkumpul pada kesempatan seperti saat ini. Sebelumnya saya ucapakn terima kasih karena telah diberikan kesempatan menyampaikan beberapa hal tentang “Banjir Malnutrisi dan Morbilitas” pada kesempatan kali ini.
Bencana banjir kerap sekali melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Bahkan akibat hujan yang turun lebat pada akhir pecan kemarin, mengakibatkan banjir dan longsor di daerah kita ini. Atas cuaca seperti ini di daerah seperti Jakarta misalnya, warganya harus bersiap diri untuk menghadapi banjir yang lebih besar lagi. Akibat banjir ini, akan makin kian banyak anak usia balita yang memerlukan perawatan kesehatan karena terancam diare atau muntaber.
Selama mengungsi karena kebanjiran soal pangan begitu penting diperhatikan, juga buruknya lingkungan serta sarana air yang kurang memadai, karena itu diperlukan rencana penanganan korban banjir mencakup kesehatan, pangan/gizi, sosial dan penyediaan sarana prasarana.
Dengan penanganan korban banjir seperti ini, diperlukan banyak sekali koordinasi antar berbagai pihak. Bantuan bagi korbanpun bias sampai berbulan-bulan karena itu harus diantisipasi bagaimana pemerintah dapat bisa terus menggali bantuan dari berbagai pihak itu untuk meringankan korban bencana banjir tersebut. Balita adalah salah satu contoh korban banjir yang mengalami malnutrisi. Malnutrisi ini akan dialami oleh anak-anak usia balita, karena balita adalah golongan paling rawan korban banjir meski mereka sudah bias makan makanan orang dewasa, golongan ini memerlukan asupan pangan dan gizi yang lebih berkualitas. Pada usia balita, konsumsi protein relatif lebih tinggi guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
Masalah gizi lain yang perlu diantisipasi adalah penyakit “Scurvy.” Semakin lama korban banjir menjadi pengungsi, semakin besar resiko menderita scurvy. Penyakit gizi ini disebabkan definisi vitamin C. bantuan pangan sering tidak cukup untuk menyuplai sayur dan buah karena bantuan yang diberikan kebanyakan berupa makanan pokok dan lauk pauk saja. Jika definisi vitamin C berlangsung lama, kekebalan tubuh akan merosot dan tubuh akan mudah terserang infeksi pellagra akibat kekurangan neasin juga perlu diwaspadai meski terjadinya tidak terlalu besar. Namun tetap saja resiko terjangkit anemia gizi juga relatif tinggi di kalangan pengungsi.
Dampak banjir tersebut yang dapat menyebabkan buruknya lingkungan bermain anak-anak bisa menjadi penyebab cacingan yang bisa memunculkan anemia. Kondisi seperti ini akan menjadi lebih parah karena bantuan pangan kurang cukup mengandung bahan pangan asal ternak yang mengandung zat besi. Prevalensi anemia di kalangan anak-anak memang pada umumnya tinggi. Namun, musibah banjir yang mengakibatkan buruknya sanitasi akan meningkatkan resiko menderita pemyakit anemia. Memang yang terbaik adalah memberikan bantuan makanan dengan jumlah yang cukup. Namun dalam kondisi darurat, tak seorangpun, baik para korban banjir maupun yang memberi bantuan sering berfikir tentang pentingnya gizi yang seimbang.
Jadi mungkin akan lebih baik jika kita memperhitungkan tantang segala sesuatu yang baik untk kepentingan bersama.

Wassalamu’allaikum Wr. Wb.                                      

No comments:

Post a Comment

klik ini

Entri Populer seminggu