mesin pencari

Custom Search

klik sini

Saturday, October 4, 2014

ETIKA BISNIS FARMASI





Etika Bisnis
Dalam melakukan bisnis di perlukan aturan-aturan yang sifatnya normatif, yang bertujuan untuk melindungi kedua pihak yang berbisnis. Salah satunya adalah etika dalam berbisnis, walaupun etika dalam berbisnis ini tidak seluruhnya tertulis di undang-undang, tapi etika ini sangat urgent dalam praktik bisnis.
Dalam berbisnis bukan hanya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, tapi ada yang lebih penting yaitu kita harus mempertahankan bisnis supaya tetap berjalan lancar, salah satunya menjaga hubungan dengan relasi bisnis supaya bisnis tidak terputus, yaitu dengan cara bersikap jujur, tidak mendzolimi, dan tidak melakukan penipuan. Apa yang terjadi ketika ada yang melanggar etika bisnis? dampaknya adalah ketidak percayaan dari relasi bisnis atau konsumen sehingga akan mematikan bisnis itu sendiri. DiskusiSebarkan Facebook Twitter by: myzakian

Etika Promosi
Promosi obat merupakan hal yang sangat sah. Namun, tentu saja harus didukung oleh bukti ilmiah yang baik. Penelitian yang dilakukan dengan kaidah-kaidah ilmiah yang baik tentu akan lebih dipercaya. Pada saat promosi sebuah produk farmasi maka seharusnya seorang duta farmasi memberikan informasi yang beanr.
Sudah sepatutnya bahwa keinginan untuk memperoleh bonus dan omset yang sebesar-besarnya tidak dijadikan sebagai dasar pemberian informasi. Tanggung jawab tentu saja tidak semata-mata ditanggung oleh para duta farmasi. Pada umumnya ada proses pelatihan yang sistematis sebelum duta farmasi dipercaya untuk mempromosikan obat. Proses ini tentu pula harus dibenahi.
Para dokter tentu juga harus bersikap bijak dan kritis. Informasi yang diberikan oleh para duta farmasi (medical representatives) harus ditelaah secara kritis. Para dokter seyogyanyalah mengacu pada sumber-sumber informasi yang lebih dapat dipertanggunjawabkan.
Para dokter tentu harus mau terus memperbaharui diri dengan membaca artikel kedokteran terbaru, menghadiri kongres-kongres perhimpunan dokter, dan mengikuti guideline-guideline (standar pelayanan medik) yang terbaik.

Kongres-kongres perhimpunan pun belum tentu bebas dari kepentingan industri farmasi. Dalam editorial terbaru di British Medical Journal, Godle (2008) menjelaskan bagaimana para pembicara (terutama para pakar dari perguruan tinggi) tidak bisa begitu saja bebas dari pengaruh industri farmasi. Pasti ada iming-iming tertentu dari perusahaan farmasi untuk lebih menonjolkan produk obatnya dibanding produk obat lain. Seorang rekan dalam sebuah kongres perhimpunan dokter pernah berkata "kita ini bingung, untuk penyakit yang sama, beberapa obat diklaim sebagai yang terbaik, bukankah seharusnya hanya satu yang terbaik?"
Dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar farmakalogi belum lama ini, Prof dr. Iwan Dwiprahasto, MSc, PhD mengingatkan bahwa sudah selayaknya para dokter terus menerus memperbaharui kelimuannya melalui sumber-sumber yang dapat dipercaya. Profesi yang luhur ini tidaklah sepatutnya dicemari oleh kepentingan bisnis industri farmasi. Hubungan dokter dan industri farmasi yang bersifat seimbang dan lebih mengedepankan sisi ilmiah tentu saja diharapkan terus membaik.
Bonus berupa uang atau jalan-jalan ditengarai diterima oleh sejumlah sangat kecil oknum untuk suatu target perespan tertentu. Suatu hal yang sangat sulit untuk dibuktikan. Hal ini akan merugikan pasien yang harus membayar lebih untuk obat yang seharusnya tidak ia terima. Upaya perbaikan terus menerus harus dilakukan di masa mendatang.
Seorang guru penulis pernah mengingatkan penulis "kita (dokter) harus selalu memberikan obat yang kita pahami benar, keadaan penyakit yang kita tahu benar, pada pasien yang sebagian besar tidak tahu apa-apa". Peresepan rasional bagi pasien menjadi tanggung jawab dokter. Pasien telah menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada dokter. Sebuah kepercayaan tidaklah seharusnya dicemari oleh kepentingan bisnis industri.

No comments:

Post a Comment

klik ini

Entri Populer seminggu