mesin pencari

Custom Search

klik sini

Friday, October 3, 2014

Stratifikasi social



Pengertian
Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.

Dasar-dasar pembentukan pelapisan social
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.

Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.

Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

Berikut adalah contoh pelapisan sosial dengan pola berdasarkan sifat senioritas pada beberapa daerah di Indonesia :
1. Pelapisan sosial di Jawa
a. Golongan wong baku
b. Golongan keturunan orang-orang yang datang kemudian
2. Pelapisan sosial di Minangkabau (Sumbar) Meliputi lima kelompok:
a. Urang Asa (Orang Asal)
b. Kemanakan Tali Periuk
c. Kemanakan Tali Budi
d. Kemanakan Tali Ameh
e. Kemanakan Bawah Lutuik
3. Pelapisan Sosial di Sumatra Utara
a. Sipungka Huta/Bangsa Taneh
b. Kelompok keturunan pendatang
4. Pelapisan Sosial di Mentawai (Sumbar)
a. Golongan Sibakliat Langgai
b. Golongan Taitol
3. Pola berdasarkan Identifikasi

Berikut ini merupakan contoh pelapisan sosial berdasarkan pola identifikasi
dibeberapa daerah di Indonesia

1. Jawa Tengah
a. Golongan priyayi : golongan pegawai pemerintah/para pemimpin formal
di desa.
b. Golongan kuli kenteng : golongan pemilik sawah yang sekaligus manjadi pedagang perantara.
c. Golongan kuli gendut : penggarap sawah dengan sistem maro (bagi hasil)
d. Golongan kuli karang lopek : golongan buruh tani yang hanya memiliki
tempat tinggal dan pekarangan saja.
e. Golongan Indung Tiosor : golongan buruh tani yang tidak mempunyai
tempat tinggal, tanah, pekarangan, serta sawah.

2. Jawa Barat
Masyarakat pedesaan di Jawa Barat diklasifikasi dalam dua pelapisan
sebagai berikut:
a. Elite Desa : golongan lapisan atas yang terdiri atas kepala desa (pamong), pegawai, pemuka agama dan adat.
b. Masyarakat Awam : golongan lapisan bawah yang terdiri dari petani, buruh tani, pedagang kecil.
b. Sistem pelapisan (stratifikasi) sosial pada masyarakat feudal

1. Bentuk pelapisan sosial pada masyarakat feudal
Bentuk ini adalah contoh pelapisan sosial
a. Pelapisan sosial masyarakat Aceh
1) Raja beserta keluarga
2) Golongan olee baling (pegawai raja)
3) Golongan ulama (Teungku)
4) Golongan rakyat jelata
b. Pelapisan sosial masyarakat Sumatra Selatan
1) Raden untuk laki-laki dan Raden Ayu untuk gelar perempuan.
2) Masagus untuk laki-laki dan masayu untuk perempuan
3) Kemas untuk laki-laki nymas untuk perempuan
c. Pelapisan sosial masyarakat suku tolaki di Sulawesi Tenggara
1) Golongan anakia (Bangsawan)
2) Golongan Toono Motuo (Penghulu)
3) Golongan Toono Dadio (rakyat bank)
d. Pelapisan sosial masyarakat Sulsel (Bugis, Makasar)
1) Golongan Anakaning
2) Golongan To-Maradeka
3) Golongan Ata
e. Pelapisan sosial masyarakat di daerah Maluku yang tampak jelas    
    dikepulauankei
1) Mei/Mei-mei adalah golongan bangsawan
2) Ren/Ren-Ren adalah golongan tengah
3) Iri/Iriri adalah golongan bawah
f. Pelapisan sosial masyarakat Jawa (Surakarta dan Yogyakarta)
1) Golongan Raja
2) Golongan Prajurit dan Pamongpraja
3) Golongan rakyat biaya
2. Pemilikan tanah sebagai dasar pelapisan sosial pda masyarakat Feodal
a. Pemilik/tuan tanah/bangsawan
b. Pemilik dan penggarap
c. Penyakap
d. Buruh tani
Berikut ini adalah contoh pelapisan sosial yang berlaku atas pemilikan tanah
a. Golongan Elit Desa
b. Golongan kuli kenteng
c. Golongan kuli Kendo
d. Golongan Gendut
e. Golongan Magersari
f. Golongan Mondok, Emplok, Bejang/Hosor
3. Sifat sistem pelapisan sosial pada masyarakat feodal
Berikut ini merupakan sebab-sebab berkurangnya cirri pelapisan dalam
masyarakat feudal.
a. Adanya pencabutan hak milik atas tanah yang pada zaman dahulu
    banyak dikuasai/dimiliki oleh kaum bangsawan.
b. Tingkat pendidikan yang semakin maju membuka jalan bagi anggota
    masyarakat lain untuk mendapatkan status sosial yang lebih baik.
c. Terjadinya perkawinan antara orang keturunan bangsawan dan orang
    biasa.
d. Proses demokrasi yang semakin luas dalam kehidupan masyarakat
    Indonesia.
e. Pelapisan sosial masyarakat Indonesia bersifat terbuka
c. Sistem Pelapisan (stratifikasi) sosial pada masa pemerintah colonial

Penggolongan penduduk Hindia-Belanda menjadi 3 golongan sebagai berikut:
1. Golongan Eropa dan yang dipersamakan
2. Golongan TimurAsing
3. Golongan Bumiputera (Pribumi/Bangsa Indonesia Asli)

Sistem Pelapisan (Stratifikasi) sosial masyarakat Industri
Berikut ini adalah penggolongan kedudukan seseorang dalam sistem pelapisan
masyarakat Industri.
1. Kelas Atas (upper class)
2. Kelas Menengah (middle class)
3. Kelas Bawah (lower class)





No comments:

Post a Comment

klik ini

Entri Populer seminggu