mesin pencari

Custom Search

klik sini

Saturday, October 25, 2014

HAKIKAT MANUSIA DAN HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang 
B.     Rumusan Masalah 
C.     Tujuan Penulisan Makalah
D.    Manfaat Penulisan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat Manusia
C.    Hakikat  Mnusia sebagai makhluk budaya
BAB III PENUTUP
            A.    Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing -masing,  tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu dengan lainnya. 
Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk individu  manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut.Untukitu,perlukirany penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi pembaca.
  
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat manusia?
2. Apakah yang di maksud dengan manusia sebagai makhluk yang kuat?
3. Bagaimana  cara manusia untuk mengetahui kemampuan untuk menyadari diri?

C.  Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini di susun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Hakikat manusia

2. Hakikat manusia sebagai makhluk budaya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia
1.1. Pengertian Hakikat Manusia
            Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat, ada juga yang menyebut hakikat manusia adalah makhluk yang sempurna , ada  juga yang menyebutnya makhluk paling cerdas dari semua itu menunjukan bahwa hakikat manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya. Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku   intelektual dan sosial.
3. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

1.2. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Kuat

            Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena manusia dicipta dengan diberikan akal. Dengan akalnya manusia bisa mengalahkan terbangnya burung yang terbang ke angkasa, dengan akalnya manusia bisa berenang di dasar laut seperti ikan. Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.

1.3. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Bertanggung Jawab
          Sesungguhnya  hakikat  manusia  adalah mahluk yang bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri. Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahata. Namun pada hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung jawab.
            
1.4. Hakikat Manusia Dalam Wujud dan Sifatnya
    Mengenai wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan dipaparkan oleh paham eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:
1.   Kemampuan Menyadari Diri
  Kaum rasional menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada  adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan yang lain dan dengan lingkungan fisik di sekitarnya.
 2.   Kemampuan Bereksistensi
      Kemampuan  bereksistensi  adalah  kemampuan  menempatkan diri dan menerobos. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan. Dengan kata lain, adanya manusia  bukan  ”berada”  seperti  hewan  dan  tumbuh-tumbuhan, melainkan “meng-ada” di muka bumi. Jika seandainya pada diri manusia ini tidak terdapat kebebasan, maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar “esensi” belaka, artinya ada hanya sekedar “ber-ada” dan tidak pernah “meng-ada” atau “ber-eksistensi”. Adanya kemampuan bereksistensi  inilah yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mahkluk infra human, dimana hewan menjadi orderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungannya.
3.   Kata Hati 
      Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang mengikut perbuatan”. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya, bagi manusia sebagai manusia.
 4.   Moral
     Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Disini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hatiyang tajam belum  otomatis  perbuatannya  merupakan  realisasi  dari kata hatinya itu. Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan. Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral. Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan.
 5.  Tanggung Jawab
    Kesedian untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut tanggung jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab kepada  diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntuntan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi 
      6.  Rasa Kebebasan
      Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya) sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya, yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia.
 7.  Kewajiban dan Hak
      Pada dasarnya hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada. Belum tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum). Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban karena pemenuhan hak dan pelaksaaan kewajiban dibatasi oleh situasi kondisi yang berarti tidak semua hak dapat terpenuhi dan tidak segenap kewajiban dapat sepenuhnya dilakukan.
 8.  Kemampuan Menghayati Kebahagian
      Pada saat orang menghayati kebahagian, aspek rasa lebih berperan dari pada aspek nalar. Oleh karena, itu dikatakan bahwa kebahagian itu sifatnya irasional. Kebahagian itu ternyata tidak terletak pada keadaanya sendiri secara factual (lulus sebagai sarjana, mendapat pekerjaan dan seterusnya) atau pun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesangguapan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut didalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu, usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia yang menghayati kebahagian adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya. Manusia menghayati kebahagaian apabila jiwanya bersih dan stabil, jujur, bertanggung jawab, mempunyai pandangan hidup dan keyakinan hidup yang kukuh dan bertekad untuk merealisasikan dengan cara yang realistis.
  
B.   Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan dialam fana ini ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat–sifat yang dimiliki keempat makhluk Tuhan tersebut sebagai berikut.

1. Alam memiliki sifat wujud
2. Tumbuhan memiliki sifat hidup dan wujud
3. Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali nafsu
4. Manusia memiliki sifat  wujud, hidup dibekali nafsu serta akal budi

Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain terletak pada akal budi. Anugerah Tuhan akan akal budilah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berpikir merupakan perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal adalah berpikir. Karena manusia yang dianugerahi akal maka manusia dapat berpikir. kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan maslaah–masalah hidup yang dihadapi.

Budi berarti juga akal. Budi berasal dari bahasa Sansekerta budha yang artinya akal. Budi menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia adalah bagian  dari kata hati yang berupa panduan akal dan perasaan dan yang dapat membedakan  baik–buruk sesuatu. Budi dapat pula berarti tabiat, perangai dan akhlak. Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapkan bahwa budilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap objek dan kejadian.

Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan, mengkreasi, memperlakukan, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Contohnya manusia bisa membangun rumah, membuat aneka masakan, menciptakan beragam jenis pakaian, membuat alat transportasi, sarana komunikasi dan lain–lain. Binatang pun bisa membuat rumah dan mencari makan. Akan tetapi, rumah dan makanan suatu jenis makanan tidak pernah berubah dan berkembang. Rumah burung (sarang) dari dulu sampai sekarang tetap saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan. Manusia dengan kemampuan akal budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup.

Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Secara umum, kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan (sarana–prasarana) atau badani    atau ragawi atau jasmani/biologis. Contohnya adalah makan, minum, bernafas, istirahat dan seterusnya. Kedua, kebutuhan yang bersifat rohani atau mental atau psikologi. Contohnya adalah kasih sayang, pujian perasaan aman, kebebasan, dan sebagainya.

Abram Maslow seorang ahli psikologi, berpendapat bahwa kebutuhan manusia dalam hidup dibagi menjadi lima tingkatan. Kelima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Kebutuhan psikologis (physiological needs). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, primer dan vita. Kebutuhan ini menyangkut fungsi–fungsi biologis dasar dari organisme manusia, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian tempat tinggal, sembuh dari sakit, kebutuhan seks dan sebagainya.
  2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety and security needs). Kebutuhan ini menyangkut perasaan, seperti bebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagaimya.
  3. Kebutuhan sosial (sosial needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa  setia   kawan,  kerja  sama,  persahabatan,  interaki, dan  seterusnya.
  4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan ini meliputi    kebutuhan dihargainya kemampuan, kedudukan jabatan, status, pangkat, dan sebagainya.
  5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk memaksimalkan penggunaan potensi–potensi, kemampuan, bakat, kreativitas, ekspresi diri, prestasi dan sebagainya.


Menurut Maslow, kebutuhan manusia pertama–tama diawali dari kebutuhan psiklogis atau paling mendesak kemudian secara bertahap beralih ke kebutuhan tingkat di atasnya sampai tingkatan tertinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Beliau menjelaskan bahwa kita tidak dapat memenuhi kebutuhan kita yang lebih tinggi kalau kebutuhan yang lebih rendah belum terpenuhi. Itu berarti kebuthan nomor lima akan diupayakan pemenuhannya kalau kita sudah memenuhi kebutuhan–kebutuhan sebelumnya. Jadi, kebutuhan manusia bertingkat dan membentuk hirarki.

Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagi makhluk yang tinggi bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia tidak sekedar homo, tetapi human (manusia yang manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu mengembangkan sisi kemanusiaannya.

Dengan akal budi manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia adalah pencipta kebudayaan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan


  1. Hakikat manusia adalah makhluk yang sempurna ada juga yang mengatakan bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang kuat, bertanggung jawab dan makhluk yg mempunyai rasa kebebasan.
  2. Hakikat manusia sebagai makhluk budaya adalah manusia yang memiliki sifat hidup, wujud,dan di bekali nafsu akal fikiran secara alamiah.


DAFTAR PUSTAKA

Ariska, I. (2013). Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. [Online]. Tersedia: (http://iraars-meandmyself.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-mahluk-individu-dan.html). [6 Februari 2013]
Effendi, R. dan Setiadi, E.M. (2010). Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi. Bandung: UPI Press.
Kappara. (). Pengertian Sosial dan Politik. [Online]. Tersedia: (http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-politik/#ixzz2KfDPhVhf). [11 Februari 2013].
Sadulloh, U. (2003). Pengantar Filsafal Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

No comments:

Post a Comment

klik ini

Entri Populer seminggu